SRC:www.antaranews.com
Kabul (ANTARA News) - Panglima AS yang memimpin pasukan NATO di Afghanistan hari Jumat menuduh jaringan Haqqani yang bermarkas di Pakistan mendalangi pengepungan 12 jam terhadap sebuah hotel tepi danau di Kabul yang menewaskan 18 orang.
Jendral John Allen menuduh jaringan yang terkait dengan Al Qaida itu dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan hanya beberapa pekan setelah Menteri Pertahanan AS Leon Panetta menyatakan Washington kehilangan kesabaran pada Pakistan karena penolakannya untuk menghancurkan tempat-tempat persembunyian gerilyawan, lapor AFP. Kelompok Haqqani, yang diyakini berpangkalan di kawasan suku
Waziristan Utara, Pakistan, dituduh bertanggung jawab atas sejumlah
serangan paling mematikan di Afghanistan dalam perang 10 tahun di negara
itu.
"Sumber-sumber militer koalisi dan pasukan keamanan nasional
Afghanistan mengakui bahwa serangan ini memiliki ciri-ciri jaringan
Haqqani, yang terus menyerang dan membunuh warga Afghanistan yang tidak
berdosa dan terang-terangan melanggar kedaulatan Afghanistan dari tempat
aman mereka di Pakistan," kata Allen.
Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO
mengkonfirmasi bahwa prajurit koalisi dan pasukan keamanan Afghanistan
membalas serangan itu.
Namun, Allen menekankan peranan pasukan Afghanistan dan berusaha
menepis kekhawatiran mengenai kemampuan pasukan dan polisi lokal setelah
pasukan tempur NATO ditarik dari negara itu pada 2014.
Allen mengatakan, ia "sangat terkesan" dengan kemampuan Afghanistan dalam merespon serangan itu.
Presiden Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah
sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka
pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut
setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan
Afghanistan.
Pada Oktober, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.
Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan
juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali
Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli dan utusan
perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan
militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang
dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur
ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Jumlah warga sipil yang tewas meningkat secara tetap dalam lima
tahun terakhir, dan pada 2011 jumlah kematian sipil mencapai 3.021,
menurut data PBB.
Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan
pada 2010, yang menjadikan kurun waktu itu sebagai tahun paling
mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas
situs independen icasualties.org.
Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam
Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010
akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada
gerilyawan.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan
pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi
pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida
Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah
Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional
(ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di
Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan
Taliban dan sekutunya.
Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan
tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak
invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap
perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir
jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan
pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi)
mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan,
menurut militer. (M014)
No comments:
Post a Comment