SRC:www.antaranews.com
Riyadh (ANTARA News) - Raja Arab Saudi Abdullah dijadwalkan memakamkan mantan ahli warisnya, Pangeran Nayef, di Makkah pada Minggu. Raja Abdullah juga diharuskan menyebutkan nama baru untuk penggantinya dalam memerintah negara penghasil terbesar minyak di dunia tersebut.
Calon kuat menggantikan raja berusia 89 tahun tersebut adalah Pangeran Salman (76 tahun). Seperti semua raja sebelumnya, ia keturunan pendiri negara Arab Saudi Abdulaziz ibn Saud.
"Akan ada pertemuan untuk memutuskan pangeran mahkota. Jika Anda mengambil dari sudut pandang sejarah, keputusan menentukan pangeran mahkota selalu dilakukan sesuai dengan perintah dan dengan tertib. Pangeran Salman sesuai dengan dalam banyak hal," kata pemimpin redaksi harian "Saudi Gazette" Khaled Almaeena.
Salman dinilai pragmatis dan memunyai pemahaman kuat mengenai keseimbangan dari persaingan pangeran dan ulama, yang mendominasi politik di Arab Saudi. Salman pada tahun lalu ditunjuk menjadi Menteri Pertahanan.
Pengumuman mengenai pangeran mahkota baru tidak mungkin dapat mengubah kedudukan kerajaan itu dalam kebijakan luar negeri dan lokal, namun ahlii waris baru tahta Raja Abdullah tersebut akan menghadapi tantangan utama ketika menjadi raja.
Perkembangan penduduk Arab Saudi pesat dan ekonomi sangat bergantung dengan ekspor minyak. Selain itu, negara itu juga menghadapi ancaman Alqaida dan persaingan kawasan dengan Iran.
"Tentu mereka akan fokus pada hubungan dengan AS dan terus melakukan upaya mengelola sumber daya alam, yang melimpah," kata Dubes AS untuk Arab Saudi pada 2001-2003, Robert Jordan.
Tidak seperti kerajaan di Eropa, ahli waris tahta di Arab Saudi tidak ditentukan dari ayah ke anak tertua, namun dari sepanjang garis saudara, yang lahir dari Ibn Saud. Pangeran mahkota sebelumnya, Sultan, meninggal pada Oktober 2011.
Sumber dekat keluarga kerajaan mengatakan Nayef meninggal tiba-tiba di Jenewa setelah mendapat perawatan atas keluhan lututnya. Ia berumur 78 tahun ketika meninggal.
(I025)
No comments:
Post a Comment