SRC:www.antaranews.com
Jakarta (ANTARA News) - Dalam pertemuan menteri-menteri perdagangan kelompok G20 di Meksiko, Indonesia menekankan perlunya keseimbangan agenda diskusi dengan memasukkan topik pembahasan yang menjadi kepentingan bersama negara berkembang, khususnya di sektor pertanian. Menteri Perdagangan Indonesia Gita Wirjawan menekankan, Indonesia mendukung inisiatif Meksiko dalam menggunakan perhitungan perdagangan berdasarkan nilai tambah, namun kelompok anggota G20 harus menyadari bahwa penciptaan lapangan pekerjaan di negara berkembang sebagai bagian penting perhitungan inovatif ini tidak dapat dilepaskan dari sektor pertanian. Berbagai tantangan masih dihadapi oleh negara berkembang untuk dapat menciptakan dan mempertahankan lapangan pekerjaan di sektor pertanian. Tantangan itu antara lain, kurangnya fasilitas pembiayaan sektor pertanian, hambatan infrastruktur dari pusat produksi ke dalam jaringan suplai, persaingan di pasar nasional menghadapi produk impor pertanian dari negara maju, serta tantangan tarif produk pertanian di negara maju yang relatif masih tinggi. Indonesia berharap agar G20, yang merupakan kelompok negara berskala ekonomi besar dan memiliki kapasitas untuk mempengaruhi peta perekonomian dan perdangan dunia, dapat memahami aspirasi negara-negara berkembang secara lebih arif. Kesepakatan G20 tidak secara langsung dapat diaplikasikan oleh negara berkembang, terutama bila G20 tidak memahami realita tantangan yang masih dihadapi sehari-hari oleh negara berkembang. Pembatasan fokus pada isu tarif, hambatan non-tarif, perdagangan bidang jasa, pembiayaan perdagangan dan fasilitas perdagangan memang akan mendorong kegiatan perdagangan secara umum khususnya di sektor pertanian. Namun, bila tujuan akhirnya adalah peningkatan pertumbuhan dan penciptaan lapangan pekerjaan baik di negara maju maupun di negara berkembang, maka masalah pertanian yang dihadapi negara berkembang seharusnya juga masuk ke dalam agenda pembahasan. Indonesia juga berkepentingan untuk mengedepankan aspirasi Indonesia dan negara berkembang pada umumnya untuk merambah naik dalam mata rantai perdagangan (value chain) dengan mendorong pertumbuhan ke sektor hilir. Untuk itu, perlu dikembangkan pengukuran atau penghitungan perdagangan berdasarkan nilai tambah dan tidak hanya berdasarkan gross trade flows yang digunakan secara umum saat ini. Sebagai kelompok negara maju, menurut Indonesia, G20 memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi motor penggerak perbaikan ekonomi dunia. Dalam konteks itu, Gita Wirjawan kembali menggarisbawahi bahwa "dorongan kuat dari G20 agar Putaran Perundingan Doha di WTO dapat segera mencapai kemajuan sangat penting". Negara berkembang sangat berkepentingan pada terwujudnya sistem perdagangan multilateral yang adil, seimbang, dan menjawab tuntutan pembangunan. Hal itu dapat dicapai bila Perundingan Doha--yang mengalami hambatan karena posisi negara-negara maju kurang fleksibel atas permasalahan pembangunan negara berkembang termasuk sektor pertanian--dapat segera diselesaikan. Pertemuan para menteri perdagangan anggota G20 di selenggarakan di Kota Puerto Vallarta, Meksiko pada 18-20 April 2012 dengan agenda utama: (a) pemahaman mengenai global supply chains dengan fokusnya pada sektor jasa, pembiayaan perdagangan dan fasilitasi perdagangan, (b) perdagangan sebagai sumber pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, di mana diskusi diarahkan pada kesepakatan to keep markets open and to keep opening markets. (*)
No comments:
Post a Comment