SRC:www.antaranews.com
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan (FOTO ANTARA)
Mamuju (ANTARA News) - Kebijakan Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan yang menutup kran ekspor bahan baku rotan mulai terlihat hasilnya dan nilai ekspor telah mampu mencapai 27 juta dolar Amerika Serikat.
Hal ini disampaikan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dalam siaran persnya yang diterima ANTARA di Mamuju, Selasa.
Dalam waktu bersamaan Menteri Perdagangan (Mendag) melakukan kunjungan kerja (21/2) ke Mamuju ibukota Provinsi Sulbar bersama Menteri Perindustrian MS Hidayat dan Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan.
Gita menyampaikan, Permendag mengenai penutupan ekspor bahan baku rotan telah berdampak positif bagi perekonomian Indonesia. Hal ini terbukti karena dalam kurun waktu satu bulan 19 hari (sejak Permendag dikeluarkan hingga hari ini (21/2), nilai ekspor produk rotan ternyata mampu mencapai 27 juta dolar AS.
"Angka ini hampir setara dengan nilai ekspor bahan baku rotan selama 12 bulan sebelumnya di 2011, yaitu sebesar 32 juta dolar AS, ungkapnya.
Peningkatan nilai ekspor tersebut merupakan bukti keberhasilan atas kebijakan hilirisasi rotan.
"Jadi kami bukan anti ekspor. Kami hanya ingin agar yang diekspor bukan bahan baku rotan, melainkan produk rotan jadi yang telah memiliki nilai tambah," ujarnya.
Ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Sulbar yang meningkat hingga 10,41 persen pada 2011 juga menunjukkan bahwa kebijakan penutupan ekspor bahan baku rotan berdampak positif terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Sulbar sebagai daerah penghasil rotan.
Mendag, Menperin dan Menhut kata dia, satu suara dalam kebijakan rotan ini. Kami bertiga sepakat untuk membangun dan mengembangkan sentra industri rotan di daerah penghasil rotan.
"Kami ingin sentra produksi dibangun secara merata di luar Pulau Jawa, terutama yang dekat dengan daerah penghasil rotan," tegas Mendag.
Komitmen pemerintah Indonesia dalam mengembangkan hilirisasi rotan di luar Pulau Jawa dapat dilihat dari peningkatan investasi untuk pembangunan sentra industri rotan di luar Pulau Jawa dari 33 persen pada 2010 menjadi 41 persen pada 2011.
Potensi ekonomi Sulbar sangat luar biasa. Kami yakin dengan adanya peningkatan investasi di provinsi ini, maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi di koridor Sulawesi.
Pada akhirnya, semua ini akan bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Sulawesi, ujar Mendag.
Mendag mengimbau kepada para pengusaha rotan agar lebih memperhatikan desain agar produknya menjadi lebih kompetitif. Untuk dapat bersaing dengan produk rotan negara lain, desain harus dibuat lebih bervariasi dan menyesuaikan dengan selera pasar.
"Investasi yang meningkat harus didukung kreativitas para pengusaha rotan dalam hal membuat desain. Faktor ini tentunya akan membuat industri rotan Indonesia menjadi lebih berkesinambungan," kata Mendag.
Selain desain, para pengusaha rotan diimbau juga agar memperhatikan faktor ramah lingkungan, misalnya mengembangkan teknik pemotongan yang dapat mendukung kelestarian tumbuhan rotan.
Kunjungan kerja tiga Menteri ke Provinsi Sulbar ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan para Menteri tersebut dengan para Gubernur dari Sulawesi, termasuk Gubernur Sulbar, pada Oktober 2011 yang lalu untuk membicarakan kebijakan rotan dan kakao.
Hasil pertemuan tersebut dan kunjungan Mendag ke beberapa sentra industri rotan di Kota Cirebon pada 2011 yang lalu, serta dukungan dari beberapa Gubernur daerah penghasil dan produksi rotan sehingga melatarbelakangi dibuatnya kebijakan terkait penghentian ekspor bahan baku rotan tersebut. (ACO/F003)
No comments:
Post a Comment