SRC:www.antaranews.com
Presiden AS Barack Obama (FOTO ANTARA/REUTERS/Jonathan Ernst)
Kartagena, Kolombia (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengharapkan penyelidikan tuntas atas skandal seks melibatkan petugas dinas rahasia, dengan memperingatkan bahwa ia akan "marah" jika tuduhan itu terbukti benar.
Kejadian itu, yang mengakibatkan 11 petugas Dinas Rahasia dan lima tentara ditarik dari tugas keamanan di Kolombia pada temu puncak Amerika, membayangi pembicaraan dihadiri Obama dan pemimpin lain kawasan tersebut, lapor AFP.
Dinas Rahasia Amerika Serikat, yang memulangkan mereka, menyelidiki tuduhan bahwa mereka membawa pelacur ke kamar hotel di Kartagena pada Rabu malam dan berselisih tentang pembayaran dengan salah satu wanita itu.
"Saya mengharapkan penyelidikan itu teliti dan ketat," kata Obama pada Minggu saat jumpa pers bersama Presiden Kolombia Juan Manuel Santos pada akhir temu puncak tersebut.
"Jika tuduhan seperti di media massa itu dipastikan, maka tentu saja saya akan marah," katanya.
Tentara melakukan penyelidikan terpisah dan menempatkan anggota terlibat itu ke asrama mereka.
Tak satu pun dari anggota Dinas Rahasia itu -baik petugas maupun yang tak berseragam- ditugaskan untuk menjaga keamanan pribadi Obama.
Tapi, Obama, yang menghadapi pertarungan sengit pemilihan kembali pada November, menekankan bahwa semua anggota rombongan perjalanannya harus berperilaku terbaik, karena mereka mewakili Amerika Serikat.
"Sikap saya terhadap petugas Dinas Rahasia tidak berbeda daripada yang saya harapkan dari rombongan saya, yang duduk di sini. Kami mewakili rakyat Amerika Serikat," katanya, "Itu berarti bahwa kami memperlakukan diri dengan martabat dan kejujuran tertinggi."
"Yang dilaporkan itu tidak sesuai dengan ukuran tersebut," tambah presiden itu.
Kendati pelacuran sah di wilayah tertentu di Kolombia, perilaku seperti itu melanggar aturan perilaku lembaga tersebut, sebagian karena dapat menghadapkan petugas itu pada pemerasan, memungkinkan kegiatan mata-mata dan membantu musuh masuk ke wilayah keamanan, kata anggota kongres Amerika Serikat Peter King kepada "The New York Times".
Darrell Issa, ketua panitia Pemantau Dewan Perwakilan Rakyat, memperingatkan bahwa lebih banyak petugas mungkin terlibat dalam skandal itu dan menyatakan prihatin bahwa kejadian tersebut mungkin bukan satu-satunya bagi lembaga itu.
"Pertanyaannya ialah apakah seluruh lembaga membutuhkan semacam pencarian roh, beberapa perubahan?" kata anggota Republiken California itu di acara televisi CBS "Wajah Bangsa".
"Hal seperti ini tidak terjadi sekali, jika tidak terjadi sebelumnya," katanya.
Sementara itu, "The New York Times" mengutip keterangan pejabat tinggi Amerika Serikat, yang mengatakan kejadian itu terlibat tidak hanya petugas bawahan, tapi juga dua penyelia Dinas Rahasia.
"Itu hanya kepemimpinan sangat buruk di kalangan mereka," kata pejabat itu kepada "The Times".
Juru bicara Gedung Putih Jay Carney bersikeras bahwa Obama percaya penuh pada Dinas Rahasia dan kejadian tersebut tidak berdampak pada keamanan presiden.
Panglima Komando Selatan Amerika Serikat Jenderal Douglas Fraser pada Sabtu menyatakan kecewa pada keseluruhan kejadian itu, dengan mengatakan perilaku tersebut tidak sesuai dengan ukuran profesionalitas, yang diharapkan dari tentara Amerika Serikat.
Dinas Rahasia itu, yang mempekerjakan sekitar 3.200 petugas dan 1.300 polisi berseragam, disorot atas beberapa kejadian terkenal sejak Obama berkuasa pada tiga tahun lalu.
Peristiwa besar terakhir bagi lembaga itu terjadi pada 2009, ketika Tareq dan Michaele Salahi, yang bercita-cita menjadi bintang acara kenyataan televisi, ikut andrawina pertama Obama di Gedung Putih untuk menghormati India.
Pada November, satu petugas didakwa melakukan pembunuhan tingkat dua setelah kejadian di Hawaii menjelang temu puncak APEC, kata "The Washington Post", sementara satu lagi didakwa mengemudi dalam keadaan mabuk pada Agustus saat membantu mengatur keamanan untuk perjalanan bus Obama di Iowa. (B002/Z002)
No comments:
Post a Comment