SRC:www.antaranews.com
Medan (ANTARA News) - Petani jeruk di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, mengeluhkan serangan lalat buah yang membuat panen jeruk di daerah itu anjlok. "Petani sudah kehabisan akal menangani serangan lalat buah itu. 'Diapain' pun termasuk disemprot pestisida serangga juga tidak mati sehingga menjadi `momok` bagi petani jeruk di Karo," kata petani jeruk Karo, Sejahtera Ginting, di Medan, Sabtu. Lalat buah itu menyerang buah jeruk yang mulai memasuki masa matang sehingga buah itu akhirnya berjatuhan sebelum dipanen.
"Lihat lah ke Karo, panen jeruk petani semakin sedikit karena hampir 50 persen bahkan lebih dari buah yang harusnya bisa dipanen berjatuhan dari pohon," katanya.
Jadi kalau ada yang bilang petani saat ini untung besar karena harga jeruk sedang mahal sekitar Rp6.000 per kg itu tidak benar.
"Kalau pun dihargai mahal oleh pedagang, dan panen jeruk anjlok, bagaimana mau untung," katanya.
Sejahtera berharap pemerintah mau dan serius membantu petani menangani serangan lalat buah di tanaman jeruk petani Karo yang menjadi sentra utama jeruk di Sumut.
Kalau tidak dibantu, kata dia, maka dikhawatirkan tanaman tersebut akan punah.
"Selain tidak ada lagi buah khas yang menjadi salah satu kebanggaan sejak zaman penjajahan dulu, Sumut juga akan tergantung dengan jeruk impor yang sudah menguasai pasar," ucap dia.
Kepala Dinas Pertanian Sumut, M.Room.S yang dikonfirmasi mengenai serangan lalat buah pada tanaman jeruk di Karo, mengatakan, akan mengkonfirmasikan terlebih dahulu ke Dinas Pertanian kabupaten itu.
"Harus ditangani segera kalau memang ada serangan lalat buah. Saya akan pertanyakan dulu ke Dinas Pertanian Karo,"katanya.
Sebelumnya, Pelaksanan tugas Kepala Balai Benih Induk (BBI) Hutagadung Berastagi, Akim Purba, mengatakan, pihaknya meningkatkan persedian benih jeruk kepada penangkar benih untuk memenuhi kebutuhan petani .
Desa ini, kata dia, pihaknya mengembangkan benih jeruk dengan dua varietas yang biasa ditanam atau dikembangkan petani di Karo yang selama ini dikenal sebagai daerah sentra produksi utama buah itu di Sumut.
Dua varietas jeruk itu, yakni Siam Madu dan Berastepu.
"BBI berupaya mengembangkan benih jeruk itu dan membina penangkar tanaman di Karo karena petani di Sumut khususnya Karo masih membutuhkan bibit yang cukup banyak," katanya.
Bibit yang banyak dibutuhkan petani karena dewasa ini tanaman jeruk petani sebagian besar berusia tua, sementara produktivitas tanaman yang tinggi pada tanaman tersebut hingga di umur 8 tahun dengan produksi 40 ton per hektare.
(E016/M034)
No comments:
Post a Comment