SRC:www.antaranews.com
Sejumlah warga Cina melakukan ritual Cheng Beng atau sembahyang kubur di pemakaman warga Cina Kedai Durian Medan Johor, Kota Medan, Sumut, Minggu (27/3). Ritual Cheng Beng merupakan tradisi masyarakat Cina untuk bersembahyang kubur atau berjiarah di makam keluarga yang dilaksanakan setiap tahunnya sesuai penanggalan kalender Imlek sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.
(ANTARA/Septianda Perdana)
... prosesi sembahyang Cheng Beng dimulai dengan menyalakan sepasang lilin dan dupa, kemudian dilanjutkan dengan berlutut dan berdoa.
Pontianak (ANTARA News) - Ratusan warga Tionghoa Kota Singkawang menggelar sembahyang "Cheng Beng" atau berziarah ke makam orang tua, keluarga maupun leluhur mereka yang telah wafat untuk mengingat segala jasa-jasa almarhum-almarhumah yang telah wafat.
Liu Jun Liong (46) salah seorang peziarah di komplek pemakaman Tionghoa Pokok Manggis, di Singkawang, Rabu, mengatakan ia dan keluarganya setiap tahun melakukan ziarah ke makam leluhurnya.
"Walaupun di dunia sudah lama tiada, namun orangtua dan leluhur masih hidup di alam sana. Mereka tetap melihat kami yang masih hidup di dunia sehingga sebagai anak wajib memberikan rasa hormat dan bakti kepada orang tua," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Majelis Tao Indonesia (MTI) Kota Singkawang Tjhai Ket Khiong menyatakan, sembahyang "Cheng Beng" merupakan sembahyang wajib bagi seluruh masyarakat Tionghoa untuk mengenang kembali kebajikan dan memberikan penghormatan, baik kepada orangtua maupun para leluhur.
Ia menjelaskan, prosesi sembahyang Cheng Beng dimulai dengan menyalakan sepasang lilin dan dupa, kemudian dilanjutkan dengan berlutut dan berdoa.
Pembacaan doa ditujukan kepada Dewa Bumi (Thu Thi Pak Kung) yang menyatakan bahwa, pihak keluarga sudah datang ke makam leluhur untuk bersembahyang. Setelah itu, barulah bersembahyang di makam leluhur atau orang tua dan memanjatkan doa.
Peziarah yang datang bersembahyang terlebih dahulu sudah membawa aneka perbekalan, diantaranya aneka jenis kue, buah-buahan dan makanan vegetarian, serta tidak ketinggalan membawa kertas sembahyang berwarna emas dan perak untuk menerangi roh leluhur.
"Umumnya doa yang dipanjatkan berupa berkah kesehatan, keselamatan dan keluarga aman sentosa, ada juga yang memanjatkan doa agar dipermudah rejeki dan dilancarkan usahanya, serta mendoakan arwah leluhur agar tenang dan bahagia di alam akhirat dan segera terlahir kembali di alam yang menyenangkan," ujarnya.
Kemudian, setelah melakukan sembahyang para peziarah melakukan sedekah terutama kepada orang yang telah membantu membersihkan makam atau membantu menerangkan jalannya prosesi sembahyang.
Menurut Tjhai Ket Khiong, sembahyang Cheng Beng dari sudut pandang ajaran Tao lebih mengarah pada pernyataan bakti terhadap orang tua.
Dalam budaya warga Tionghoa, ada dua kali sembahyang yang ditujukan bagi keluarga yang telah meninggal, yakni sembahyang bulan tiga yang dikenal Cheng Beng, dan sembahyang di bulan tujuh penanggalan Imlek, yang dikenal Cioko atau Chau Tu atau sembahyang yang ditujukan pada arwah terlantar.
(A057)
No comments:
Post a Comment