SRC:www.antaranews.com
Michelle Yeoh dalam "The Lady" (michelleyeoh.info)
Sepertinya, suami adalah faktor terbesar yang memberi dukungan pada perjuangan Suu Kyi.
Jakarta (ANTARA News) - Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau biasa disapa Yenny Wahid mengungkapkan bahwa kesuksesan tokoh pejuang demokrasi Myanmar yang juga penerima Nobel Perdamaian 1991, Aung San Suu Kyi, adalah berkat dorongan sang suami.
"Sepertinya, suami adalah faktor terbesar yang memberi dukungan pada perjuangan Suu Kyi," ungkap Yenny usai menonton pemutaran perdana film "The Lady" di Studio 21, Epicentrum, Jakarta Selatan, Minggu (25/3) malam.
Dari film yang diangkat dari kisah nyata kehidupan Aung San Suu Kyi tersebut, Yenny Wahid mengungkapkan rasa harunya saat Dr. Michael Aris, suami Suu Kyi meninggal.
"Banyak adegan yang bisa membuat terharu dari film itu, tapi yang paling terasa adalah saat Dr. Aris selalu mengatakan pada Suu Kyi bahwa visanya sudah siap padahal dia tahu pemerintah Myanmar tidak akan semudah itu memberi ijin visa," kata Yenny yang menghadiri acara tersebut bersama suaminya, Dhorir Farisi.
Yenny mengatakan bahwa sosok Suu Kyi yang diperankan oleh Michelle Yeoh dalam film "The Lady" tersebut sangat memberi inspirasi.
"Sebagai seorang perempuan, perjuangn Suu Kyi pasti berat, dia harus meninggalkan cinta dan keluarganya demi rakyat dan negaranya. Saya pribadi kalau dihadapkan dengan situasi seperti itu, saya tidak tahu apa saya bisa," kata Yenny Wahid yang merupakan puteri ke-2 mantan Presiden RI, Gus Dur.
Lebih lanjut, Yenny menyatakan bahwa Suu Kyi merupakan contoh figur seorang perempuan yang mempunyai kekuatan luar biasa dalam berjuang terutama di Asia.
"Dalam kultur Asia, perempuan mempunyai tempat istimewa dalam masyarakat, sosok perempuan sebagai ibu dan istri kemudian menjadi sumber kekuatan dalam membuat perubahan di masyarakat dalam hal sekecil apapun," kata perempuan 37 tahun yang pernah menjadi wartawan koresponden koran terbitan Australia; The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne) itu.
Yenny yang mendapat anugrah Walkley Award untuk liputannya mengenai Timor Timur pasca referendum tersebut mengatakan bahwa pesan yang ditangkap usai menonton film tersebut adalah semangat kegigihan dari Aung San Suu Kyi, sang pejuang demokrasi dari Myanmar.
"Do something! Lakukan sesuatu! Jangan pernah takut pada ketakutan kita sendiri, jangan takut kehilangan kenikmatan, kalau ada yang harusdiperjuangkan, perjuangkan dengan kapasitas yang ada pada kita," kata lulusan Harvard Kennedy School of Government tersebut.
(I027)
No comments:
Post a Comment