SRC:www.antaranews.com
Sanaa (ANTARA News) - Pasukan Yaman membunuh delapan militan Al Qaida yang berusaha menyerang sebuah pos militer di provinsi wilayah selatan, Abyan, Kamis, kata kementerian pertahanan.
"Delapan militan Al Qaida tewas dan beberapa lain cedera" ketika pasukan "menggagalkan serangan mereka" terhadap sebuah pos militer di dekat Bajdar di daerah pinggiran ibu kota provinsi, Zinjibar, kata situs kementerian itu 26sep.net, lapor AFP.
Senin, pertempuran sengit menewaskan sedikitnya 21 orang, termasuk 18 militan Al Qaida, di dekat kota Loder.
Militan Al Qaida menguasai Loder pada Agustus 2010 namun militer kemudian menghalau mereka dari kota itu.
Loder terletak sekitar 150 kilometer sebelah timurlaut Zinjibar, ibu kota provinsi Abyan, yang dikuasai militan pada Mei tahun lalu.
Militan berusaha menguasai lagi Loder sejak pertengahan April, dalam upaya memperkuat keberadaan mereka di provinsi Abyan yang sebagian besar telah mereka kuasai.
Sedikitnya 222 orang, termasuk 183 militan, tewas dalam waktu lima hari ketika gerilyawan Al-Qaida berusaha menguasai kota Loder.
Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abdrabuh Mansur Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida.
Pada Maret, 185 prajurit tewas dalam serangan besar Al Qaida terhadap sebuah kamp militer di dekat Zinjibar.
Sejak protes anti-pemerintah meletus di Yaman pada akhir Januari 2011, militan memanfaatkan melemahnya kekuasaan pusat dengan membangun pangkalan di sejumlah provinsi selatan.
Pasukan keamanan Yaman selama beberapa bulan memerangi kelompok orang bersenjata yang dituduh sebagai anggota Al Qaida di Abyan, Yaman selatan, khususnya di ibu kota provinsi itu, Zinjibar, yang sebagian besar dikuasai oleh militan sejak Mei 2011.
Kekerasan menewaskan ratusan prajurit sejak militan bersenjata yang menamakan diri Ansar al-Sharia (Pengikut Sharia) menguasai sebagian besar Zinjibar, ibu kota provinsi Abyan, pada 29 Mei. Ratusan militan juga tewas dalam bentrokan-bentrokan.
Para pejabat keamanan mengatakan bahwa militan itu adalah Al Qaida, namun oposisi politik menuduh pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh mengada-ada tentang ancaman jihad dengan tujuan menangkal tekanan Barat terhadap kekuasaannya yang telah berlangsung 33 tahun.
Demonstrasi di Yaman sejak akhir Januari 2011 yang menuntut pengunduran diri Saleh menewaskan ratusan orang.
Dengan jumlah kematian yang terus meningkat, Saleh, sekutu lama Washington dalam perang melawan Al Qaida, kehilangan dukungan AS.
Pemerintah AS mengambil bagian dalam upaya-upaya untuk merundingkan pengunduran diri Saleh dan penyerahan kekuasaan sementara, menurut sebuah laporan di New York Times.
Para pejabat AS menganggap posisi Saleh tidak bisa lagi dipertahankan karena protes yang meluas dan ia harus meninggalkan kursi presiden, kata laporan itu.
Meski demikian, Washington memperingatkan bahwa jatuhnya Saleh selaku sekutu utama AS dalam perang melawan Al Qaida akan menimbulkan "ancaman nyata" bagi AS.
Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.
Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP). (M014)
No comments:
Post a Comment