SRC:www.antaranews.com
Goma, Kongo (ANTARA News) - Seorang polisi hutan dan dua tentara tewas di taman nasional Virunga Republik Demokratik Kongo (DRC) saat ribuan orang melarikan diri dari pertempuran seru antara pasukan pemerintah dan pemberontak.
Ketiga korban itu ditembak dengan senapan mesin dari sekitar 100 anggota milisi tidak dikenal ketika mereka berusaha mengamankan satu rute transit penting, kata Nastasha Kofoworola Quist, wakil regional badan konservasi alam WWF, lapor AFP.
"Kami berhutang budi kepada mereka dan keluarga mereka dan mengucapkan terima kasih atas keberanian dan pengorbanan mereka," tambahnya.
Polisi hutan Paris Paluku yang memiliki dua anak," selalu memimpin patroli, yang menempatkan dia dalam bahaya dan akhirnya nyawanya melayang," kata kepala pengawas taman itu Emmanuel de Merode yang dikutip media.
Taman nasional Virunga di perbatasan dengan Rwanda dan Uganda dan dikenal dengan gunung berapi dan populasi gorilanya, telah disusupi oleh empat kelompok milisi yag berbeda dalam pekan-pekan belakangan ini,kata de Merode.
Penduduk lokal kabarnya melarikan diri dari daerah itu untuk menghindari aksi kekerasan dalam "satu pengungsian penduduk berskala luas," katanya. Taman itu kini ditutup bagi turis karena situasinya tidak stabil.
Lebih dari 50 polisi hutan taman itu tewas sejak daerah timur negara itu menjadi ajang konflik bersenjata antara berbagai kelompok tahun 1990, kata WWF.
Binatang-binatangnya juga menderita, dengan setidaknya 23 gorila mati.
Lebih dari 10.000 orang melarikan diri dari DRC ke Rwanda dan Uganda setelah bentrokan-bentrokan senjata antara tentara Kongo dan serdadu yang memberontak, kata para pejabat, Jumat.
Pertempuran di kawasan hutan itu terjadi antara bekas pasukan yang setia pada jenderal Bosco Ntaganda yang memberontak -- yang dikenal sebagaia "Termintor" dan dicari oleh Pengadilan Kejahatan Internasional di Den Haag, Belanda karena dituduh melakukan kejahatan perang -- melawan pasukan pemerintah.
Sejumlah tentara dari kelompoknya, Kogres Nasional bagi Pertahanan Rakyat (CNDP), mengatakan mereka memisahkan diri dan membentuk satu milisi baru, Geraan 23 Maret (M23).
Pertempuran seru terus belangsung Sabtu di provinsi Nord Kivu, kata sumber-sumber militer, dengan seorang kolonel mengatakan bahwa pemberontak tampaknya mengepung pasukan pemerintah.
"Kemarin pemberontak mundur dari posisi-posisi mereka dekat Bunagana tetapi mreka kini bergerak maju ke Jomba, dan kami tidak mengerti bagaimana mereka mucul," kata kolonel itu.
Kedua kota itu terletak beberapa kilometer dekat perbatasan dengan Uganda.
Kolonel itu mengatakan dua pesawat tempur pemerintah menyerang dua tempat di Nord Kivu dekat perbatasan Rwanda, Chazu dan bukit Runyonyi, tanpa merinci lebih jauh.
Ia mengatakan pasukan pemerintah menggunakan senjata-senjata berat untuk mendukung dalam pertempuran di Jomba dan meminta penduduk lokal pergi "agar tidak ada kebingungan antara warga sipil dan musuh."
Seorang pengacara lokal dan wakil ketua kelompok masyaraat sipil Omar Kavota mengonfirmasikan serangan-serangan itu tetapi mengatakan pemberontak masih menguasai posisi-posisi mereka.
Ntaganda dicari ICC atas tuduhan mekakukan kejahatan perang dan menggunakan tentara anak-anak tetapi Kinsasa menolak menyerahkan dia dengan mengatakan dia diperlukan untuk mempertahankan perjanjian perdamaian.
Tetapi ia kini juga dicari pemerintah, yang meminta dia bertanggunjawab atas pemberontakan itu.
Seorang juru bicara militer mengatakan Kamis ratusan tentara yang memberontak telah kembali ke militer, sementara batas waktu hampir berakhir bagi mereka untuk menyerahkan diri. (RN/B002)
No comments:
Post a Comment