SRC:www.antaranews.com
Wakil Menteri ESDM, Widjajono Partowidagdo (FOTO ANTARA/Widodo S. Jusuf)
Ini bisa jadi solusi bagi pengguna pertamax tidak beralih ke premium oktan 88, tapi ke 90, sehingga menurunkan subsidi.
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo mengusulkan pemakaian premium berangka oktan 90 untuk menekan besaran subsidi BBM.
"Ini bisa jadi solusi bagi pengguna pertamax tidak beralih ke premium oktan 88, tapi ke 90, sehingga menurunkan subsidi," katanya di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, premium 90 bisa dijual Rp7.250 per liter atau pertengahan harga antara premium 88 sebesar Rp4.500 dan pertamax 92 Rp10.000 per liter.
Dengan harga jual premium 90 yang lebih tinggi dibandingkan 88, maka selisih harga yang disubsidi pemerintah menjadi lebih rendah.
Menurut dia, pengguna pertamax memang kemungkinan akan ada yang berpindah setelah ada premium 90.
Di sisi lain, pengguna premium 88 juga akan berpindah ke 90.
"Dengan demikian, subsidi BBM masih bisa ditekan," katanya.
Namun, Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Golkar, Satya W Yudha tetap mengkhawatirkan, peningkatan migrasi pertamax ke premium 90 pascapemanfaatan produk baru tersebut.
Ia juga meminta, pemerintah membicarakan usulan premium 90 itu dengan DPR, karena tidak masuk dalam APBN Perubahan 2012.
"Apalagi infrastrukturnya belum tersedia," katanya.
Sementara, Vice President Communication Corporate Pertamina M Harun mengatakan, harga premium 88 dan 90 tidak berbeda jauh.
"Disparitas harga masih tetap tinggi," katanya.
Menurut dia, harga keekonomian premium 88 dan 90 hanya berselisih Rp100 per liter.
Jika ingin memperkecil disparitas, lanjutnya, maka sebaiknya pemerintah membebaskan pajak pertamax.
Dengan pembebasan pajak, maka harga pertamax bisa ditekan dari Rp10.000 menjadi Rp8.500 per liter atau berkurang Rp1.500 per liter.
Per 3 April 2012, Pertamina menurunkan harga pertamax menjadi Rp10.000 dari sebelumnya Rp10.200 per liter.
Padahal, per 1 April 2012, BUMN tersebut baru saja menaikkan harga pertamax dari Rp9.550 menjadi Rp10.200 per liter.
"Kami ingin mengurangi sisi psikologis masyarakat," kata Harun.
(K007/B012)
No comments:
Post a Comment