SRC:www.antaranews.com
Hj Ati Amiati Sobari dalam buku "Memoir Bunda Seorang Aktivis".
"Tetaplah menjadi rajawali, jangan berubah menjadi nuri."
Bandung (ANTARA News) - Aktivis mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) era 1980-an, Moh Jumhur Hidayat, mengingatkan para aktivis dan mantan aktivis harus tetap berani terbang sendiri dan berpendirian teguh layaknya menjadi rajawali.
"Tetaplah menjadi rajawali, jangan berubah menjadi nuri," kata Jumhur pada peluncuran buku "Memoir Bunda Seorang Aktivis" di Bandung, Minggu.
Buku setebal 114 halaman yang dicetak oleh PT Mangle Panglipur itu ditulis oleh Hj Ati Amiati Sobari, ibunda Jumhur, yang antara lain menuturkan isi hatinya mengenai kiprah Jumhur sejak lahir hingga menjadi aktivis yang saat Orde Baru sempat dipenjara selama tiga tahun di tahanan militer Bakorstanasda Jawa Barat, Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kebon Waru, LP Nusakambangan, dan LP Sukamiskin.
Jumhur dan sejumlah aktivis ITB ditangkap dan dipecat sebagai mahasiwa ITB, kemudian dipenjara menyusul peristiwa Sabtu Kelabu 5 Agustus 1989.
Para mahasiswa ITB saat itu berunjuk rasa menolak kehadiran Menteri Dalam Negeri, Rudini, ke kampus ITB untuk berceramah pada penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) bagi mahasiswa.
Setelah menjalani hukuman, Jumhur bebas dari penjara LP Sukamiskin pada 22 Februari 1992, Ia tetap mengaku menjadi aktivis untuk berjuang demi keadilan dan kesejahteraan rakyat hingga kini, meskipun menjadi pejabat negara. Ia kini menjabat Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).
"Fasilitas, jabatan, pangkat, puja-puji seringkali mengubah rajawali menjadi nuri. Mungkin beberapa teman kita ada yang begitu, ada yang DPRD I dan II, menteri, DPR yang dahulunya aktivis telah berubah," katanya.
Jumhur mengambil istilah rajawali dan nuri dari salah satu sajak penyair WS Rendra yang berkalimat "sangkar besi jangan mengubah rajawali menjadi nuri".
Salah seorang aktivis mahasiswa ITB 1978, Sukmaji Indro Tjahjono pada acara itu menyatakan bahwa godaan aktivis pada saat ini lebih berat.
"Kalau dahulu setelah berunjuk rasa paling ditahan tetapi sekarang belum apa-apa sudah ditawari uang dalam tas besar," kata Indro, yang mengaku kerap lolos dari upaya penangkapan oleh aparat keamanan.
Syahganda Nainggolan, mantan aktivis lain ITB, berharap Jumhur bisa menjadi pemimpin yang mengabdi pada Republik.
"Buat negara ini maju dan sejahtera," kata rekan sesama aktivis Jumhur itu.
Syahganda yang kini menjadi Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC) menegaskan, bangsa ini membutuhkan pemimpin yang berani dan tegas untuk kesejahteraan rakyat.
(T.B009/A011)
No comments:
Post a Comment