SRC:www.antaranews.com
Kupang (ANTARA News) - Pengamat Agribisnis dari Universitas Nusa Cendana Kupang, Leta Rafael Levis, ajakan Indonesia terhadap negara-negara anggota Kelompok Ekonomi 20 (G20) untuk bersama-sama mengelola sistem perdagangan pangan merupakan tindakan tepat.
"Tindakan ini tepat karena saat ini Indonesia tengah gencar mengkampanyekan program "one day no rice" dan bukan tidak mungkin akan menuju kampanye sistem perdagangan pangan dan energi untuk menjamin ketahanan pangan dan energi," katanya di Kupang, Kamis.
Ia mengatakan hal tersebut, terkait ajakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pertemuan Puncak G20 hari kedua di Los Cabos, Meksiko, Rabu, untuk mengelola sistem perdagangan pangan bersama.
"Yang mengganggu kita sekarang adalah sistem perdagangan dan sistem pasar di bidang pangan dan energi yang sering penuh dengan distorsi, tidak transparan, juga tidak fair, tidak stabil, sulit diprediksi," kata Presiden.
Menurut Presiden, hal itu tidak bisa dibiarkan. Negara-negara di dunia, "harus bersama-sama mengelola trading system", karena jika permasalahan itu dibiarkan terus-menerus maka yang pertama dan paling terpukul adalah negara berkembang.
Presiden kemudian mencontohkan gejolak harga pangan dan minyak mentah yang sering terjadi beberapa waktu terakhir dan mengakibatkan tekanan yang berat pada negara berkembang.
Leta Levis mengatakan, membangun ketahanan pangan perlu pihak ketiga seperti negara-negara yang telah maju dalam soal pengelolaan dan pemasaran pangan, sebagai bentuk dorongan agar pangan yang ada dan dimiliki tidak sebatas untuk konsumsi, tetapi juga untuk kepentingan ekonomis. (B008)
No comments:
Post a Comment