SRC:www.antaranews.com
Menteri BUMN Dahlan Iskan (ANTARA)
Jika Indonesia ingin menjadi negara maju harus mampu menaklukan jebakan tersebut. Jembakan cukup beragam, mulai dari kemacetan yang selalu dikeluhkan masyarakat sampai birokrasi pemerintah,"
Padang (ANTARA News) - Menteri BUMN Dahlan Iskan mengingatkan elite di daerah harus bisa memahami dan dapat memetakan masalah, karena Negara Indonesia sedang memasuki fase "middle class income trap" atau jebakan masyarakat ekonomi menengah.
Menteri BUMN menyampaikan hal tersebut pada seminar Kewirausahaan di Auditorium Gubernuran Sumbar, Minggu, merupakan rangkaian agenda kunjungan ke Sumbar.
Menurut dia, masyarakat kelas menengah menginginkan sesuatu yang bersifat instant dan cepat, seperti alat transportasi ingin yang cepat, bahkan tidak mau naik bus, tapi naik pesawat terbang untuk transportsi. Namun, fase ini memang harus dijalani bagi negara yang ingin menjadi negara maju, karena sama halnya dengan tumbuh kembang sesorang dari bayi, balita, remaja, dewasa dan tua.
Masuknya Indonesia ke fase ini, tambah menteri, tentu punya nilai flus dan minusnya, karena di sisi positifnya mengidentifikasi semkain berkembangnya ekonomi dan di sisi negatif ingin selalu enak dan cepat.
Misalnya mereka memiliki daya aliran listrik hanyaĆ 1.300 watt, tapi menginginkan memasang pendingin udara (ac), padahal itu tidak boleh.
"Jika Indonesia ingin menjadi negara maju harus mampu menaklukan jebakan tersebut. Jembakan cukup beragam, mulai dari kemacetan yang selalu dikeluhkan masyarakat sampai birokrasi pemerintah," katanya.
Menurut dia, masyarakat Indonesia mengeluhkan kemacetan karena membandingkan dengan keberhasilan Singapura dalam menata transportasi.
Singapura telah menerapkan aturan bahwa jika warganya ingin mengendarai mobil harus mendapatkan izin dari pemerintah. Mendapatkan izin memiliki mobil, biaya izinnya jauh lebih mahal dari harga beli kendaraan.
Namun, konteks Indonesia maukah masyarakat diterapkan regulasi demikian?. Sedangkan rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) saja sudah banyak masyarakat yang protes.
Menurut Dahlan, jebakan terbesar adalah birokrasi, karena untuk menjadi negara modern tidak dengan birokrasi sekarang ini.
"Kita tidak bisa tidak mesti melewati fase ini, sama seperti remaja yang tak bisa melewati masa pubernya. Untuk menghindari jembakan tersebut harus dengan leadership yang kuat," ujarnya.
Sebab, masih banyak masyarakat banyak masyarakat yang pesimistis dengan kemampuan bangsa sendiri, bahkan telah menjalar sampai ke kampung-kampung.
Padahal, katanya, Garuda Indonesia sudah mampu mengalahkan Malaysia dan Singapura Airlines, tapi masih banyak yang meragukan. Begitu juga saat akhir tahun, nama Semen Gresik akan diganti semen Indonesia yang memiliki kualitas nomor 1 di Asia Tenggara.
Kemudian, tambahnya, ekonomi Indonesia mampu mengalahkan ekonomi Belanda, dan diperkirakan dua tahun lalu ekonomi negeri ini, juga mampu mengalahkan ekonomi Spanyol.
Kendati demikian, untuk menjadi negara maju Indonesia harus mampu melakukan perubahan, maka dijajaran BUMN, seperti Pelindo sudah diminta untuk berbenah, selama ini antrean kapal terlalu lama, sehingga menimbulkan biaya cukup besar.
Selain itu, Perum Bulog dalam mengangkat barang harus menggunakan kontainer dan tak boleh lagi menggunakan karung-karung kecil karena bongkar-muatnya terlalu lama.
"Selama ini kalau kapal membawa logistik Bulog masuk, kapal lain tak bisa merapat sampai aktivitas pembongkar barang Bulog selesai. Maka koridor dari Timur ke Barat semuanya harus berbenah," katanya.
(ANT)
No comments:
Post a Comment