SRC:www.antaranews.com
London (ANTARA News) - Kemarau yang mempengaruhi Inggris dapat berlangsung sampai setelah Natal, demikian peringatan lembaga lingkungan hidup Inggris, Senin. Hal ini karena hujan pada musim semi dan musim panas tampaknya tak mungkin menaikkan permukaan air yang rendah.
Di satu negara yang lebih biasa dikaitkan dengan udara lembab serta hujan rintik-rintik, kemarau telah diumumkan di 17 kabupaten di wilayah Inggris tengah dan tenggara, setelah dua musim dingin kering membuat air sungai dan air tanah menyusut.
Meskipun pasokan air masyarakat di daerah itu tampaknya takkan terpengaruh, kurangnya hujan mulai merenggut korban pada lingkungan hidup dan petani, menimbulkan masalah bagi margasatwa, tanah basah dan produksi pertanian, kata lembaga itu di dalam satu pernyataan.
"Kemarau dengan waktu lebih lama, yang berlangsung sampai Natal dan barangkali sesudahnya, sekarang kelihatannya lebih mungkin terjadi dan kami bekerjasama dengan pengusaha, petani serta perusahaan air guna membuat rencana guna menanggulangi tantangan kemarau yang berlanjut," kata kepala sumber daya air di Lembaga Lingkungan Hidup,Trevor Bishop .
Bishop, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Senin siang, mendesak masyarakat Inggris agar memelihara pasokan air.
Sementara itu gambar mengenai penonton yang memegang payung di tempat pertandingan tenis Wimbledon telah memperkuat gambaran Inggris sebagai "negeri hujan".
Namun Jerman, Italia, Slovenia dan negara lain di Eropa menerima curah hujan tahunan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Inggris.
Dampak dari perubahan iklim pada pola curah hujan sulit diramalkan, tapi itu bisa saja berarti curah hujan lebih tinggi pada musim panas dan kondisi basah yang lebih lama pada musim dingin.
Musim panas yang lebih panas juga mungkin terjadi, sehingga menimbulkan kemarau. Kondisi kering dan tanah yang padat akibat kemarau menambah besar risiko banjir bandang jika hujan turun dengan lebat.
(C003//A011)
No comments:
Post a Comment