SRC:www.antaranews.com
Jakarta (ANTARA News) - Arkeolog Prof. Naniek H Wibisono meyakini bahwa nenek moyang orang Madagaskar adalah orang-orang Indonesia yang 1.200 tahun lalu datang ke negara pulau di lepas pesisir timur Afrika itu untuk melakukan misi dagang. "Saya yakin mereka datang ke Madagaskar dalam rangka dagang," kata peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional itu dalam diskusi tentang keragaman genetik manusia dan pengembaraannya di Jakarta, Senin. Dalam seminar yang diselenggarakan Lembaga Eijkman dan sejumlah lembaga ilmiah seperti Massey University (Selandia Baru), University of Arizona (AS) dan Universite de Toulouse (Prancis) itu Naniek menjelaskan, hal itu antara lain tampak dari kemiripan benda-benda bersejarah di Madagaskar dan Indonesia. Peninggalan bersejarah di Madagaskar
yang mirip dengan benda-benda bersejarah Indonesia antara lain perahu bercadik,
instrumen musik seperti gamelan, bukti budaya seperti teknik
memproses besi serta bercocok tanam padi dan umbi-umbian. Prof. Herawati Sudoyo dari Lembaga Biologi Molekuler
Eijkman yang meneliti pengembaraan manusia Indonesia (Austronesia) dari
sisi genetik juga mengatakan, orang Madagaskar (Malagasi) adalah keturunan
dari moyang campuran antara orang Afrika dan Indonesia.
"Nenek moyang orang Madagaskar asal Indonesia itu, berdasarkan studi
genetik, datang ke pulau itu pada 1.200 tahun lalu, namun belum
diketahui secara khusus datang dari wilayah Indonesia yang mana," kata
Herawati. Penelitian Herawati yang melihat marka genetik DNA Mitokondria juga menunjukkan bahwa dari 2.745 sampel nenek moyang Madagaskar, sebanyak 30 diantaranya perempuan
Indonesia.
"Kami sedang dalam proses menganalisis DNA dari kromosom Y yang bisa
menjawab pertanyaan tentang moyang laki-laki dari Indonesia. Karena
kami juga ingin tahu bagaimana 30 perempuan itu bisa datang ke
Madagaskar 1.200 tahun lalu. Apakah mereka datang bersama para laki-laki
juga," katanya.
Ia menambahkan selain sampel dari 2.745 inpidu dari 12 pulau
Indonesia (Sumatera, Nias, Mentawai, Jawa, Bali, Sulawesi, Sumba,
Flores, Lembata, Alor, Pantar dan Timor) juga diambil sampel 266
inpidu berasal dari tiga populasi di Madagaskar.
"Yakni Mikea yang merupakan pemburu di hutan, Vezo nelayan di pantai
dan Merina yang hidup di dataran tinggi. Ketiga populasi ini sengaja
diambil dari etnik yang terisolasi karena lebih murni belum bercampur
dengan banyak etnis lain," katanya.
Hasil riset genetik juga menunjukkan bahwa 70 persen Malagasi
memiliki ikatan maternal dengan kepulauan Asia Tenggara. Pulau Madagaskar yang luasnya 592.800 kilometer persegi hanya 400
kilometer dari pantai timur Afrika dan 6.400 kilometer dari ujung barat
Indonesia namun secara genetik, bahasa dan budayanya didominasi oleh
Indonesia, kata Herawati.(D009)
No comments:
Post a Comment