SRC:www.antaranews.com
ilustrasi Bendung gerak Sejumlah truk melewati jembatan di bendung gerak Bengawan Solo di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro, Jatim. (FOTO ANTARA/Aguk Sudarmojo) ()
Bojonegoro (ANTARA News) - Tinggi air Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, berangsur-angsur surut hingga mencapai 13,21 meter atau siaga I pada Jumat pukul 21.00 WIB.
Sebelumnya ketinggian air sempat mencapai titik tertinggi 13,33 meter pada pukul 18.00 WIB.
"Posisi ketinggian air tertinggi 13,33 meter di Bojonegoro, berlangsung selama lima jam, sebelum akhirnya surut, karena banjir Bengawan Solo di Ngawi, juga surut," kata Kasi Operasi Unit Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom, Jumat.
Ia menjelaskan, dengan mulai surutnya air di Bojonegoro, permukaan air di daerah hilir Tuban dan Lamongan juga akan ikut surut. Perhitungannya, air Bengawan Solo di daerah Ndungus, Ngawi, sudah di bawah siaga banjir dengan ketinggian air 4,81 meter pada pukul 21.00 WIB.
Begitu pula, lanjutnya, ketinggian air di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, yang berada di bawah Ndungus, yang jaraknya sekitar 70 kilometer dari Kota Bojonegoro, juga di bawah siaga banjir dengan ketinggian air 25,30 meter pada pukul 21.00 WIB.
"Bengawan Solo di Jurug, Solo, Jateng, tidak menimbulkan banjir, sehingga tidak ada tambahan debit air yang besar dari daerah hulu," katanya.
Sementara itu, jelasnya, ketinggian air Bengawan Solo di Babat, Lamongan, dan Laren, Karanggeneng, Lamongan, masuk siaga I, masing masing dengan ketinggian 6,98 meter dan 4,81 meter pada pukul 21.00 WIB. "Permukaan Bengawan Solo di Lamongan tersebut masih cenderung naik, tapi dalam waktu dekat akan berangsur-angsur surut," paparnya.
Ia menegaskan, banjir di daerah hilir Jatim akan cepat surut, sepanjang tidak ada tambahan debit banjir dari daerah hulu, Jateng. Pertimbangannya, sudetan Bengawan Solo di Plangwot - Sedayu Lawas, Lamongan sepanjang 13,6 meter menuju Laut Jawa sekarang bisa berfungsi normal mengalirkan debit banjir sebesar 640 meter kubik per detik.
"Pada musim hujan ini, sudetan berfungsi ekfektif, apalagi sekarang ketinggian air laut, juga normal, sehingga air banjir cepat mengalir ke laut," katanya, menjelaskan.
Secera terpisah, Kasi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Sutardjo menyatakan, kewaspadaan menghadapi bencana banjir luapan Bengawan Solo juga bencana lainnya, tetap dilakukan dengan membuka posko selama 24 jam.
"Hanya saja posko yang kami buka intern dari BPBD sudah tidak lagi melibatkan berbagai pihak," katanya.
Dari hasil rekapitulasi BPBD, berbagai bencana yang terjadi di daerah setempat selama 2011 menimbulkan kerugian sedikitnya mencapai Rp12 miliar. Bencana yang terjadi di antaranya dua kali banjir luapan Bengawan Solo, 14 kali banjir bandang, beberapa kali tanah longsor dan bencana lainnya.
(T.KR-SAS/N002)
No comments:
Post a Comment