SRC:www.antaranews.com
Mari Elka Pangestu (FOTO ANTARA/ Dhoni Setiawan)
"Kalau jumlah layar dan gedung bioskop saja jumlahnya sangat minim, bagaimana perfilman di Tanah Air bisa berkembang. Dan, bagaimana pula bisa mewadahi kreativitas para insan film di negeri ini," katanya di sela-sela dialog dengan puluhan seniman dari Malang dan sekitarnya di Malang, Selasa petang.
Oleh karena itu, katanya, salah satu upaya yang bisa dilakukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah membentuk Badan Perfilman Indonesia sebagai wadah untuk menyalurkan kreativitas para insan perfilman, terutama mereka yang masih pemula.
Menurut dia, Badan Perfilman Indonesia itu nanti tidak hanya sekedar mewadahi kreativitas para insan film, tapi juga akan menyalurkan dana pembuatan sebuah film bagi pemula yang nantinya "diadu" dalam festival film.
"Minimnya bioskop dan layar film di Tanah Air ini membuat sebagian masyarakat yang tidak bisa menikmati film di gedung bioskop, mau tidak mau ya hanya nonton sinetron atau acara lain di televisi," ujarnya.
Sementara itu Ketua Persatuan Pengusaha Film Keliling (Perfoki) Hariadi, dalam forum dialog tersebut mengusulkan adanya museum film, karena saat ini cukup banyak proyektor yang tidak dipakai lagi.
"Di Jatim saja lebih dari seribu proyektor yang mangkrak dan tidak terurus. Ini harus diwadahi, apalagi film keliling ini juga tidak pernah mendapat jatah film-film yang telah diputar di bioskop," katanya.
Film-film tersebut, baik nasional maupun barat, pemutarannya hanya berhenti sampai di gedung bioskop saja, sedangkan film keliling terabaikan, sehingga pesan moral dalam film yang diproduksi itu tidak sampai ke masyarakat luas.
Mengakhiri dialog tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta peserta disuguhi beberapa film animasi yang diproduksi oleh siswa-siswi SMK di Kota Malang.
(T.E009/H-KWR)
No comments:
Post a Comment