SRC:www.antaranews.com
"Pemerintah sedang mendorong untuk terjadinya sinergi antara academics, business dan government (ABG) untuk memproduksi bahan baku di Indonesia, untuk mengurangi ketergantungan," kata Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang dalam temu media di Jakarta, Jumat.
Diharapkan, tiap tahunnya ketergantungan terhadap impor itu dapat berkurang sebesar 5 persen sehingga impor dapat dikurangi semaksimal mungkin.
Salah satu strategi yang dikembangkan Kementerian Kesehatan adalah memproduksi bahan baku obat dari bahan asli sumber daya alam lokal seperti obat herbal.
"Ketersediaan bahan baku obat bukan hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan saja tapi perlu keterlibatan semua pihak, termasuk riset," kata Maura.
Selain riset, peran pelaku bisnis juga disebutnya penting untuk mewujudkan hasil riset menjadi produk lewat investasi mereka.
Meskipun bahan baku obat hampir seluruhnya tergantung impor, Maura menyebut produksi obat dalam negeri telah mampu memenuhi 90 persen kebutuhan obat.
Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) disebutnya tidak akan berpengaruh banyak terhadap ketersediaan obat, karena hanya 10 persen yang diimpor.
"Tidak akan ada pengaruh, karena tidak terkait langsung kepada bahan baku, yang dikonsumsi produk jadi. Yang diprioritaskan saat ini adalah kesinambungan ketersediaan bahan baku obat," ujar Maura.
Pemerintah menentukan buffer stock bagi bahan baku obat adalah persediaan yang cukup untuk 18 bulan kedepan dan Maura menyebut hal itu sudah tercapai.
(A043/R010)
No comments:
Post a Comment