SRC:www.antaranews.com
Sutradara film Soegija Garin Nugroho (kiri) bersama seniman Butet Kartaradjasa (kanan) saat konferensi pers pemutaran perdana film Soegija yang diangkat dari pemikiran pahlawan nasional uskup yakni Albertus Soegijapranata. (ANTARA/Teresia May)
Di Semarang, (ada gedung) yang lantainya dibongkar biar jadi lantai tanah,"Jakarta (ANTARA News) - Film Soegija yang akan dirilis pada 7 Juni menjadi film termahal Garin Nugroho dengan menyedot dana sebesar Rp12 miliar.
"Jadi film termahal untuk periode ini," kata Garin saat jumpa pers usai 'screening' film Soegija di Setiabudi Building, Jakarta, kamis.
Film yang mengambil setting era 1940-1950 itu menguras biaya yang mahal untuk menutupi anggaran kostum dari pemain yang berjumlah kurang lebih sebanyak 2.775 orang. Kostum yang digunakan pun beragam mulai dari kostum Belanda, Jepang, jawa modern, dan jawa lama.
Selain kostum, tuntutan kejadian sehari-hari yang memerlukan penyediaan artistik yang detail juga menelan biaya yang besar seperti bermain tenis, restoran, mobil, interniran, alat musik, situasi, dan arsitektur gereja, jalan kota dan lainnya.
"Kendalanya gila. Pemain setiap hari mencapai 150 orang. Selain itu, stasiun tugu dibuat di Ambarawa, sudut Jogja dipindahin ke Klaten," ujar Garin.
"Di Semarang, (ada gedung) yang lantainya dibongkar biar jadi lantai tanah," tambahnya.
Film yang dituturkan dengan pendekatan sejarah popular-romantis itu dibuat selama tujuh bulan dengan jadwal syuting yang menghabiskan waktu 28 hari.
"Kalau ide untuk membuat film ini sudah tercetus lima tahun lalu," kata Garin.
Pada kesempatan yang sama, penulis skenario Armantono mengungkapkan bahwa film tersebut melibatkan proses yang sangat panjang karena memperbanyak masukan dan referensi untuk materi-materi film. Sumber referensi berasal dari buku harian serdadu Belanda, serdadu Jepang, dari buku sejarah, dan lainnya.
"Sampai email nge-hang," lontar Armantono yang disambut gelak tawa audiens.
"Soegija" mengisahkan seorang Romo Soegijapranata yang diangkat Vatikan menjadi Uskup pribumi pertama di Indonesia. Seogija diangkat ditengah situasi gejolak perang Asia Pasific ketika harapan tumbuhnya keadilan disertai berbagai bentuk kekerasan dan penderitaan yang melibatkan bangsa-bangsa dunia, persoalan nasionalisme dan transisi kepemimpinan di daerah-daerah di Indonesia.
(M047)
No comments:
Post a Comment