SRC:www.antaranews.com
Hilla, Irak (ANTARA News) - Delapan orang tewas dan 32 cedera dalam ledakan bom mobil di sebelah selatan Baghdad, Senin, sementara bom pinggir jalan di sebelah utara ibu kota Irak itu menewaskan empat orang dan melukai tujuh lain, kata beberapa sumber medis dan keamanan.
Bom mobil itu meledak sekitar pukul 19.45 waktu setempat (pukul 23.45 WIB) di dekat sebuah lapangan sepak-bola di Hilla, 95 kilometer sebelah selatan Baghdad, menewaskan delapan orang dan mencederai 32, kata Letda (Polisi) Ali Jassem dan Dokter Saad al-Khafaji dari Rumah Sakit Hilla, lapor AFP.
Di Baquba, 60 kilometer sebelah utara Baghdad, ledakan bom pinggir jalan menewaskan empat orang dan melukai tujuh lain, kata seorang kolonel polisi dan Dokter Ahmed Ibrahim dari Rumah Sakit Baquba.
Dengan kekerasan terakhir itu, jumlah korban tewas dalam serangan-serangan di Irak sejak 13 Juni menjadi sedikitnya 171, dan jumlah itu sudah melampaui angka kematian sepanjang Mei.
Pada 13 Juni, 72 orang tewas dan lebih dari 250 cedera dalam gelombang serangan di Irak, yang kemudian diklaim oleh kelompok Negara Islam Irak (ISI), cabang Al Qaida di Irak.
Tiga hari kemudian, 32 orang tewas dan puluhan cedera dalam dua pemboman mobil yang ditujukan pada peziarah Syiah di Baghdad pada puncak peringatan yang menandai kematian seorang ulama suci Syiah pada 799.
Pada 18 Juni, serangan bom bunuh diri dengan sasaran pelayat Syiah di Baquba, sebelah utara Baghdad, menewaskan 22 orang dan mencederai puluhan lain, sementara penembakan dan pemboman menewaskan enam orang di Irak pada 19 Juni.
Jumat (22/6), serangan-serangan menewaskan sedikitnya 12 orang dan mencederai puluhan lain.
Kekerasan di Irak turun dari puncaknya pada 2006 dan 2007, namun serangan-serangan masih terus terjadi. Menurut data pemerintah, 132 orang Irak tewas pada Mei.
Irak dilanda kekerasan yang menewaskan ratusan orang dan kemelut politik sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.
Para ulama Sunni memperingatkan bahwa Maliki sedang mendorong perpecahan sektarian, dan pemrotes memadati jalan-jalan Irak dengan membawa spanduk yang mendukung Hashemi dan mengecam pemerintah.
Pejabat-pejabat Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Wakil Presiden Tareq al-Hashemi pada Senin (19/12) setelah mereka memperoleh pengakuan yang mengaitkannya dengan kegiatan teroris.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Irak Mayor Jendral Adel Daham mengatakan pada jumpa pers, pengakuan para tersangka yang diidentifikasi sebagai pengawal Hashemi mengaitkan wakil presiden tersebut dengan pembunuhan-pembunuhan dan serangan.
Surat perintah penangkapan itu ditandatangani oleh lima hakim, kata Daham.
Puluhan pengawal Hashemi, seorang pemimpin Sunni Arab, ditangkap dalam beberapa pekan setelah pengumuman itu, namun tidak jelas berapa orang yang kini ditahan.
Hashemi, yang membantah tuduhan tersebut, bersembunyi di wilayah otonomi Kurdi di Irak utara, dan para pemimpin Kurdi menolak menyerahkannya ke Baghdad.
Pemerintah Kurdi bahkan mengizinkan Hashemi melakukan lawatan regional ke Qatar, Arab Saudi dan Turki.
Presiden wilayah otonomi Kurdi Irak Massud Barzani menyerukan perundingan darurat untuk mencegah runtuhnya pemerintah persatuan nasional, dengan memperingatkan bahwa "keadaan sedang mengarah ke krisis yang dalam".
Barzani sendiri bersitegang dengan pemerintah Maliki dan menuduh PM Irak itu bergerak ke arah kediktatoran dengan "membunuh proses demokrasi" setelah ketua komisi pemilu Irak ditangkap atas tuduhan korupsi.
Pemimpin Kurdi itu menentang penjualan pesawat tempur F-16 AS kepada Irak bila Maliki masih menjadi PM, karena ia khawatir pesawat-pesawat itu akan digunakan untuk menyerang Kurdistan.
Irak akan menerima 24 dari 36 jet tempur F-16 yang dipesannya dari AS pada awal 2014, kata seorang pejabat tinggi Irak kepada Reuters, Minggu (29/4). (M014)
No comments:
Post a Comment