SRC:www.antaranews.com
Palembang (ANTARA News) - Pakaian pengantin adat khas Palembang "aesan gede" tetap diminati, meskipun bermunculan busana perpaduan modern dan tradisional.
Winda, salah satu pengusaha penyewaan baju pengantin mengatakan di Palembang, Selasa, "aesan gede" masih menjadi pilihan utama pasangan yang akan menikah untuk dikenakan pada saat akad nikah atau resepsi perkawinan.
"Meski ada yang lebih praktis, tetap saja `aesan gede` tetap yang paling banyak diminati, mengingat mengenakan pakaian adat itu sudah berlangsung secara turun-temurun," kata dia.
Menurut riwayat turun temurun, busana tradisional itu merupakan pakaian kebesaran Raja Sriwijaya dengan menggunakan warna merah jambu (pink), dipadu dengan keemasan yang mencerminkan keagungan seorang bangsawan.
Gemerlap perhiasan dan mahkota yang dipadukan dengan baju dodot serta kain songket, semakin mempertegas keagungan mengenakan busana ini.
"Memang umumnya berwarna pink atau merah, namun seiring dengan kemajuan zaman, dibuat juga dalam berbagai warna seperti hijau dan biru," ujar dia lagi.
Kepala Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, RM Ali Hanafiah, mengatakan ciri khas "aesan gede" terletak pada mahkota berupa bungo cempako, kembang goyang, dan kelapo standan.
"Perhiasan yang dipakai pada `aesan gede` merefleksikan kejayaan dan keragaman budaya semasa kejayaan Kerajaan Sriwijaya," kata dia.
Baju dodot yang dipadu kain songket lepus bermotif napan perak menjadi salah satu keunikannya.
"Saat mengenakan busana `aesan gede` itu dapat dilihat demikian tinggi kehidupan ekonomi Kerajaan Sriwijaya tempo dulu, mungkin mengenakan baju berbahan emas adalah hal yang biasa saat itu," kata dia lagi.
Saat ini, busana "aesan gede" dipakai pada acara akad nikah yang dilanjutkan dengan cacap-cacapan dan suap-suapan.
Sedangkan untuk resepsi, umumnya kedua mempelai memilih baju modifikasi yang memadukan antara busana modern dan tradisional, seperti mengenakan kebaya modern.
(ANT-039/B014)
No comments:
Post a Comment