SRC:www.antaranews.com
Seorang pengunjuk rasa berdemo menentang rezim Suriah di Chicago, Minggu (27/5). Dewan PBB bertemu pada hari Minggu kemarin untuk membahas pembantaian yang terjadi baru-baru ini di kota Houla, Suriah, dimana PBB menyalahkan pemerintah Suriah tetapi Damaskus dan Moskow mengatakannya sebagai akibat dari serangan pemberontak. Sebanyak 116 orang tewas termasuk anak-anak dalam serangan tersebut, menurut pemimpin pemantau PBB di Suriah di hadapan 15 negara anggota dewan, menurut diplomat yang mengikuti rapat tertutup. Sang diplomat memberikan keterangan kepada Reuters dengan kondisi tanpa identitas. (REUTERS/John Gress)
Qatar, Turki, Arab Saudi, Kuwait, Denmark, Amerika Serikat dan Uni Eropa meminta diselenggarakan pertemuan itu untuk membahas "situasi hak asasi manusia yang" memburuk di Republik Arab Suriah itu dan pembunuhan di Houla, kata satu pernyataan juru bicara Rolando Gomez, lapor AFP.
Permintaan itu sejauh ini mendapat dukungan dari 21 negara anggota dan 30 peninjau tetapi daftar itu tidak termasuk penandatangan-penandatangan China dan Rusia.
Dewan itu sebelumnya melakukan pertemuan khusus dan satu perdebatan untuk membicarakan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan sejak tindakan keras oleh pemerintah Presiden Bashar al-Assad terhadap pemberontakan Maret 2011.
Pembunuhan pekan lalu, yang menewaskan sedikitnya 100 orang, memicu kemarahan internasional dan banyak negara Barat mengusir para diplomat Suriah sebagai protes atas tindakan itu.
Kantor Komisioner Tinggi untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) Selasa mengatakan bahwa penyelidikan menunjukkan sebagian besar mereka yang twwas dieksekusi secara singkat termasuk anak-anak.
Pemobunuhan itu terjadi setiap hari kendatipun perjanjian perdamaian enam pasal yang ditengahi utusan PBB-Liga Arab Kofi Anan diberlakukan sejak 12 April.
Lebih dari 13.000 orang tewas dalam aksi kekerasan hampir 15 bulan, menurut data dari kelompok pemantau yang berpangkalan di Inggris Observatorium Hak Asasi Suriah. (RN/B002)
No comments:
Post a Comment