SRC:www.antaranews.com
Perdana Menteri India Manmohan Singh (REUTERS/Prakash Singh/Pool)
Kami di India sangat bangga akan hubungan lama kami dengan dia dan anggota keluarganya, termasuk orang tuanya."
Yangon (ANTARA News) - Perdana Menteri India pada Selasa mengundang berkunjung pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi saat New Delhi ingin membangun hubungan lebih erat kedua negara.
Manmohan Singh, Perdana Menteri pertama India bertamu sesudah seperempat abad, dalam jumpa pers bersama di Yangon menjelang perjalanan pertama Suu Kyi ke luar negeri sesudah 24 tahun menyatakan "tulus" mengharap kunjungan peraih Nobel Perdamaian itu. lapor AFP.
"Kami di India sangat bangga akan hubungan lama kami dengan dia dan anggota keluarganya, termasuk orang tuanya," katanya. Suu Kyi memiliki hubungan pribadi kuat dengan India, tempat ia belajar saat ibunya duta besar di sana.
New Delhi menghadapi kecaman Barat pada masa lalu, karena keterlibatannya dengan penguasa Myanmar, yang membungkam pegiat demokrasi itu dan mengurungnya dalam tahanan rumah 15 dari 22 tahun belakangan.
Tapi, India kemudian menunjuk perubahan tajam baru-baru ini di bawah pemerintah baru, termasuk pemilihan Suu Kyi ke parlemen pada April sesudah pemilihan umum sela, sebagai pengabsahan sikapnya.
Kunjungan Singh ke Myanmar dipandang sebagai bagian dari upaya haus daya India meningkatkan hubungan perdagangan dan bersaing pengaruh kawasan dengan China.
Negara bertetangga itu menandatangani 12 perjanjian mencakup berbagai bidang, termasuk keamanan, pembangunan wilayah perbatasan, perdagangan dan angkutan sesudah pemimpin India itu mengadakan pembicaraan dengan Presiden pembaru Myanmar Thein Sein pada Senin.
Suu Kyi menyatakan sangat puas atas undangan untuk memberikan pidato peringatan Jawaharlal Nehru, yang menghormati perdana menteri pertama India sesudah merdeka, dan menambahkan bahwa ia berharap dapat menerima tawaran itu "sebelum terlalu lama".
"Seperti Anda semua tahu, India dan Birma sangat dekat selama bertahun-tahun, bukan hanya karena letak alamiah kita, tapi karena kita memiliki berbagi ikatan persahabatan mendalam selama bertahun-tahun," katanya, dengan menggunakan nama lama negaranya.
Pegiat kawakan itu berbicara saat siap menjelajah luar Myanmar untuk pertama kali sejak 1988, dengan perjalanan ke Thailand, yang pengamat katakan tanda jelas kepercayaan dirinya pada perubahan di negara tersebut.
New Delhi pernah menjadi pendukung setia tokoh demokrasi itu, tapi berubah sikap dan behubungan dengan penguasa Myanmar pada tengah 1990-an.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama mencaci New Delhi saat berkunjung ke India pada 2010, yang disebutnya tidak berbicara tentang pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar.
Setelah pembebasannya dari tahanan rumah pada 2010 sesudah pemilihan umum, Suu Kyi mengatakan "sedih" atas kekurangan dukungan India.(B002/Z002)
No comments:
Post a Comment